Jadi, Sudah sarapan?Atau masihMengharap balas
pesan?tinggalkan! Buatapa menunggu, lebihbaik kau isi tenaga untuk cinta
yang baru.
Sebab Tuhan telah menciptakan kita ingatan, maka
izinkan aku mensyukurinya sebagai mesin waktu, menengok masa lalu, saat aku
mencubit pipimu kemudian mukamu memerah, saat kita bbelum paham arti berpisah.
Hujan itu 1% cairan dan 99%
kenangan.
Terkadang....
Ada hujan yang jatuh saat teriknya mentari.
Namun, terkadang ada tangis yang jatuh saat senyummu berseri. Mentari itu kini
telah tenggelam, bersama semua doa awal mencinta yang kini pupus dibias kejora.
Bagiku, ingatan
adalah mesin waktu.
Menyapa, mengais
lupa, menemukan
kita yang pernah
kecewa di suatu masa.
Sebenarnya....
Petang ini menyenangkan, sama sepertimu saat
menggelayut rindu memelukku, saat kita belum tersekat menjadi aku dan kamu.
Petang ini juga tenang, saat dirimu masih bisa mengucap sayang, saat pelukanmu
masih belum menjadi kenang. Hanya tersedak oleh entah kenapa, sehingga aku bisa
tiba-tiba mengingatmu. Apapun itu, aku sedang menikmati cantiknya rindu.
Akhirnya....
Menyadari tentang perpisahan. Mendewasakan hati.
Awal tegukan yang manis, tengah kenikmatan yang puitis, hingga berakhir pada
pahitnya ampas berujung miris. Seperti segelas kopi? Memang. Aku sedang
menikmati itu bersama semua bayangan masa lalu. Saat masih ada dering ponsel
yang memanggilku untuk sebuah pesan singkat yang bertuliskan " I MISS YOU
".
Semakin aku mengingatmu, semakin aku paham garis
Tuhan untukku.
Aku adalah mendung, dan kau adalah rintik embun.
Bersama, kita hanya akan menjadi gerimis. Meluluh perih dalam isak tangis.
Aku kaku bagai seonggok kayu, dan kau menggelora
bagai api cemburu. Bersama kita akan menjadi abu, usai terbakar berbekas pilu.
Aku melamun pada malam, dan kau termangu dalam
temaram, Bersama, kita akan terus tenggelam. Saling merindu gemilang cahaya
dalam kelam.
Cukup!
Semakin lama, hanya desir rindu yang melanda.
Sampai remuk menelusup relung, hingga perih mengiris rusuk yang berkabung,
disini cerita tentangmu akan tetap utuh untuk bernaung. Karna waktu membuat
keringat dalam pendewasaan, telah terlewati deretan sosok pengisi kerinduan.
Pada tiap embusan, sebutlah itu kenangan.
Maaf.
Aku hanya sedang membuka kembali memori yang mengalun
dan terhentak akan kenangan menahun. Untukmu masa lalu, terima kasih atas
lakumu nan anggun.
Sakit saat mencintai
kembali jauh lebih nikamat
dari pada luka atas masa
lalu yang masih melekat.
melangkahlah, sudah
saatnya berpindah.
( Sumber: WiraNagara )